TITRASI PENGENDAPAN :
ARGENTOMETRI
I.
Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat melalukan titrasi pengendapan metode mohr
a. siswa mampu menentukan kadar NaCl pada air laut dan menentukan kadar NaCl pada garam Dapur
b.
II.
Dasar Teori
Istilah
Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi,
Argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu
larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasarkan pada pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu
larutan adalah dengan volumetri (Day & Underwood, 2001).
Argentometri
merupakan titrasi pengendapan sampel yang dianalisis dengan menggunakan ion
perak. Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini adalah ion
halida(Cl-, Br-, I-) (Khopkar,1990). Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan
untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu :
1. Indikator
2. Argentometri
3. Indikator kimia
Titik akhir
potensiometri didasarkan pada potensial elektrode perak yang dicelupkan ke
dalam larutan analit. Titik akhir argentometri melibatkan penentuan arus yang
diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan
titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul
tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi
pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu :
1. Perubahan warna
harus terjadi terbatas dalam range pada p-functiondari reagen/analit.
- Perubahan Warna harus
terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.(Skoog et al.,1996)
Pada titrasi
argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan
larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan
standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+
dapat tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat
ditentukan (Isnawati, 2010).
Reaksi
pengendapan ialah apakah reaksi ini dapat terjadi pada suatu keadaan
tertentu.Jika Q adalah nilai hasil kali ion-ion yang terdapat dalam larutan,
maka kesimpulan yang lebihumum mengenai pengendapan dasar larutan adalah :y
Pengendapan terjadi jika Q > Kspy Pengendapan tak terjadi jika Q < Kspy
Larutan tepat jenuh jika Q = Ksp (Petrucci, 1989).Jika suatu garam memiliki
tetapan hasil kali larutan yang besar, maka dikatakan garam tersebut mudah
larut. Sebaliknya jika harga tetapan hasil kali larutan dari suatu garam
tertentu sangat kecil, dapat dikatakan bahwa garam tersebut sukar untuk larut.
Harga tetapan hasil kali kelarutan dari suatu garam dapat berubah dengan
perubahan temperatur.Umumnya kenaikan temperatur akan memperbesar kelarutan
suatu garam, sehingga harga tetapan hasil kali kelarutan garam tersebut juga
akan semakin besar (Petrucci, 1989).
Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi kelarutan suatu zat adalah:
1. pH
2. Temperatur
3. Jenis
pelarut
4. Bentuk dan
ukuran partikel
5. Konstanta
dielektrik pelarut
6. Adanya
zat-zat lain, misalnya surfaktan pembentuk komplek ion sejenis, dll.
(Pantang,2010)
III.
Prinsip Percobaan
Percobaan
ini berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang cepat mencapai kesetimbangan
pada setiap penambahan titran. Adapun pentiter yang digunakan adalah larutan
baku AgNO3.
Titrasi
argentometri ini dapat dilakukan dengan 3 macam metode, yaitu:
a. Cara Mohr
Dilakukan
dalam suasana netral, sebagai indikatornya digunakan kalium kromat. Titik akhir
titrasi dengan cara ini adalah merah bata.
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam
suatu larutan adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan
cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran
volumenya.
Berdasarkan
pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas :
1.
Asidimetri dan alkalimetri
2.
Oksidimetri
3.
Argentometri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi kresipilasi
(pengendapan dari ion Ag+).
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum, yang berarti perak. Jadi, Argentometri
merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah
dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan
sehingga seluruh ion Ag+ dapat tepat diendapkan, kadar garam
dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan (Underwood,1992).
Ada tiga tipe titik akhir yang
digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu
:
1. Indikator
2. Amperometri
3. Indikator kimia
Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial
elektrode perak yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri
melibatkan penentuan arus yang diteruskan antara
sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit. Sedangkan titik akhir yang
dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan warna/muncul
tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi
pengendapan analog dengan indikator titrasi
netralisasi, yaitu :
1.
Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada p-function dari reagen
/analit.
2.
Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
(skogg,1965)
Berdasarkan
pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan atas :
1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Metode Mohr dapat digunakan untuk menetapkan kadar
klorida dan bromida dalam suasana netral dengan larutan standar AgNO3 dan penambahan K2CHO4
sebagai indikator. Titrasi dengan cara ini harus dilakukan dalam suasana netral
atau dengan sedikit alkalis, pH 6,5 – 9,0. Dalam suasana asam, perak kromat
larut karena terbentuk dikromat dan dalam suasana basa akan terbentuk endapan
perak hidroksida. Reaksi yang terjadi adalah :
Asam
: 2CrO42-
+ 2H-
↔ CrO72- + H2O
Basa
: 2Ag+
+
2OH-
↔
2 AgOH
2AgOH
↔ Ag2O
+ H2O
Sesama larutan dapat diukur dengan natrium bikorbonat
atau kalsium karbonat. Larutan alkalis diasamkan dulu dengan asam asetat atau
asam borat sebelum dinetralkan dengan kalsium karbonat. Meskipun menurut hasil
kali kelarutan iodida dan tiosianat mungkin untuk ditetapkan kadarnya dengan
cara ini. Namun oleh karena perak lodida maupun tiosanat sangat kuat menyerang
kromat, maka hasilnya tidak memuaskan. Perak juga tidak dapat ditetapkan dengan
titrasi menggunakan NaCl sebagai titran karena endapan perak kromat yang
mula-mula terbentuk sukar bereaksi pada titik akhir. Larutan klorida atau
bromida dalam suasana netral atau agak katalis dititrasi dengan larutan titer
perak nitrat menggunakan indikator kromat. Apabila ion klorida atau bromida
telah habis diendapkan oleh ion perak, maka ion kromat akan bereaksi membentuk
endapan perak kromat yang berwarna coklat/merah bata sebagai titik akhir
titrasi. Sebagai indikator digunakan larutan kromat K2CrO4 0,003M atau 0,005M yang dengan ion
perak akan membentuk endapan coklat merah dalam suasana netral atau agak
alkalis. Kelebihan indikator yang berwarna kuning akan menganggu warna, ini
dapat diatasi dengan melarutkan blanko indikator suatu titrasi tanpa zat uji
dengan penambaan kalsium karbonat sebagai pengganti endapan AgCl.
Pembentukan
Endapan Berwarna
Seperti sistem asam, basa dapat digunakan sebagai
suatu indikator untuk titrasi asam-basa. Pembentukan suatu endapan lain dapat
digunakan untuk menyatakan lengkapnya suatu titrasi pengendapan. Dalam hal ini
terjadi pula pada titrasi Mohr, dari klorida dengan ion perak dalam mana
digunakan ion kromat sebagai indikator. Pemunculan yang permanen dan
dini
dari endapan perak kromat yang kemerahan itu diambil sebagai titik akhir (TE).
Titrasi Mohr terbatas untuk larutan dengan perak dengan pH antara 6,0 – 10,0.
Dalam larutan asam konsentrasi ion kromat akan sangat dikurangi karena HCrO4- hanya terionisasi
sedikit sekali. Lagi pula dengan hidrogen kromat berada dalam kesetimbangan
dengan dikromat terjadi reaksi :
2H+ +
2CrO4- ↔ 2HCrO4
↔
Cr2O72-
+
2H2O
Mengecilnya konsentrasi ion kromat akan menyebabkan
perlunya menambah ion perak dengan sangat berlebih untuk mengendapkan ion
kromat dan karenanya menimbulkan galat yang besar. Pada umumnya garam dikromat
cukup dapat larut. Proses argentometri termasuk dalam titrasi yang menghasilkan
endapan dan pembentukan ion kompleks. Proses argentometri menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Proses ini biasanya digunakan untuk
menentukan
garam-garam dari halogen dan sianida. Karena kedua jenis garam ini dapat
membentuk endapan atau senyawa kompleks dengan ion Ag+ sesuai dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
NaCL
+ Ag+ → AgCl ↓ + Na+
KCN +
Ag+ → AgCl ↓ + K+
KCN +
AgCN ↓ → K [Ag(CN)2 ]
Karena
AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi maka
garam tersebut dapat digunakan sebagai larutan standar primer. Dalam titrasi
argentometri terhadap ion CN- tercapai untuk
garam kompleks K [Ag(CN)2
] karena proper tersebut
dikemukakan pertama kali oleh Lieberg, cara ini tidak dapat dilakukan dalam
suasana amoniatial karena garam kompleks dalam larutan akan larut menjadi ion
komplek diamilum (Harizul, Rivai. 1995).
III. Alat
dan Bahan
1. Alat
yang digunakan
a.
Statif : 1 buah
b.
Klem : 1 buah
c.
Corong kaca : 1 buah
d. Kaca
arloji : 1 buah
e.
Pengaduk kaca : 1 buah
f. Buret
asam 50 ml : 1 buah
g. Pipet
tetes : 1 buah
h. Neraca
timbangan : 1 buah
i. Labu
ukur 500 ml : 1 buah
j. Labu
ukur 100 ml : 1 buah
k.
Erlenmeyer 100 ml : 2 buah
l.
Erlenmeyer 250 ml : 1 buah
m. Gelas
beker 250 ml : 1buah
n. Gelas
ukur 50 ml : 1 buah
2.
Bahan yang digunakan
1. NaCl
kering : 2,925 gram
2. Larutan
standar NaCl 0,1N : secukupnya
3. Larutan
AgNO3 0,1N : secukupnya
4. Larutan
sample garam dapur kasar : 30 ml
5. NH4 CNS padatan : 4,5 gram
6. Larutan
NH4CNS : secukupnya
7. AgNO3 padatan : 8,496 gram
8. Larutan
HNO3 6 N : 2,5 ml x 3
9. Larutan
KBR : 5 ml x 3
10.
Fluoresein : 0,5 ml x 3
11. Ferri
Amonium sulfat : 0,5 ml x 3
12.
Akuades : secukupnya
13. HNO3
encer : 1 ml x 3
- STANDARDISASI LARUTAN AgNO3 DENGAN LARUTAN STANDARD NaCl (MENGGUNAKAN METODE MOHR).
- Siapkan larutan NaCl 0,1000 N sebanyak 1000 mL dengan cara melarutkan 5,80 gram NaCl p.a (telah dikeringkan dalam oven 110oC selama 1 jam) dengan aquades di dalam labu ukur 1000 ml.
- Siapkan larutan AgNO3 0,1000 N sebanyak 500 mL dengan cara melarutkan 9,00 gram AgNO3 dengan aquades di labu ukur 500 mL.
- Ambil 25,00 mL NaCl dengan pipet volume, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 ml, tambah 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
- Titrasi dengan larutan AgNO3 yang telah disiapkan sampai pertama kali terbentuk warna merah bata.
- Percobaan diulang 3 kali
- Hitung normalitas AgNO3 dengan persamaan :
- PENENTUAN KADAR NaCl DALAM GARAM DAPUR
Menetapkan kadar NaCl dalam garam dapur dengan cara menstandardisasi larutan garam dapur dengan larutan standar AgNO3 menggunakan metode Mohr (Garam dapur telah dikeringkan didalam oven selama 1 jam dengan suhu 1100C)
Cara Kerja :
- Larutkan 1,00 gram garam dapur dengan aquades di dalam labu ukur 250 mL.
- Ambil 25,00 mL larutan garam dapur tersebut, tuangkan ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator.
- Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai terbentuk warna merah bata.
- Percobaan diulang 3 kali
- Hitung kadar NaCl dalam garam dapur.
FP = faktor pengenceran, dalam prosedur ini 250/25
- PENENTUAN KADAR KLORIDA DALAM AIR LAUT
Menentukan kadar ion klorida dalam air laut dengan cara menstandardisasi larutan air laut dengan larutan standar AgNO3.
Cara Kerja :
- Larutkan 5,00 mL sampel air laut dengan aquades ± 25 mL didalam erlenmeyer 250 mL
- Tambahkan 1,0 mL larutan K2CrO4 2% sebagai indikator
- Titrasi dengan larutan standar AgNO3 sampai pertama kali terbentuk warna merah bata.
- Percobaan diulang 3 kali
- Hitung molaritas (M) ion khlorida dalam air laut.
makasih sangat membantu untuk laporan kimia analitik
BalasHapusterima kasih, sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih, jelas dalam pembahasannya, bermanfaat untuk pelajar yang lain
BalasHapusdapus mana?
BalasHapusdapus mana?
BalasHapusrumus perhitungannya sekalian...
BalasHapusButuh daftar pustaka
BalasHapus